Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Wirausaha
Selamat datang di Spiritz Motivasi. Silahkan lihat-lihat.. Jangan lupa tinggalin komentarnya, juga isi buku tamunya. okeee. Terima kasih

Join The Community

Renungan Kepada Mereka Yang Sibuk Berkarier


Seperti biasa, Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Arya, putra pertamanya yang baru duduk di kelas 2 SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

"Kok belum tidur?" Sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Arya memang sudah lelap ketika ia pulang, dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Arya menjawab, "Aku nunggu ayah pulang, sebab aku mau tanya, berapa sih gaji ayah?"
"Lho, tumben, kok nanya gaji ayah? Mau minta uang lagi ya?" Tanya Rudi.

"Ah, enggak, Arya pengen tahu aja."
"Oke, Arya bisa hitung sendiri. Setiap hari ayah bekerja sakitar 10 jam, dan di bayar Rp. 400.000,-. Dan setiap bulan rata2 di hitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur. Kadang Sabtu ayah masih lembur. Jadi, gaji ayah dalam 1 bulan berapa, hayo?"

Arya berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepaskan sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Arya berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari ayah di bayar Rp.400.000,- untuk 10 jam, berarti 1 jam ayah di gaji Rp.40.000,- dong," katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobo'," perintah Rudi.
Tetapi Arya tidak beranjak, sambil melihat ayahnya berganti pakaian.
Arya kembali bertanya,"Ayah, aku boleh pinjam uang Rp.5000,- ngak?"
"Sudah, ngak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini, ayah capek, dan mau mandi dulu, tidurlah."
"Tapi ayah..."
Kesabaran Rudi habis "Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Arya.
Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.


Usai mandi, Rudi nampakmenyesali hardikannya tadi. Ia pun menengok Arya di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Arya didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp.15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata,"Maafkan ayah nak. Ayah sayang sama Arya. Buat apa sih, minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp.5000,-, lebih dari itupun ayah kasih."
"Ayah, aku ngak minta uang, aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama seminggu ini."

"Iya, iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.
"Aku menungggu ayah dari jam 8. Aku mau ajak ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp. 15.000,-. Tapi karena ayah bilang 1 jam ayah di bayar Rp.40.000,-, maka setengah jam harus Rp.20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp.5000,-, makanya aku mau pinjam dari ayah." kata Arya polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah itu erat-erat.

******

Saya tidak tahu apakah kisah di atas fiktif atau kisah nyata. Tapi saya tahu, kebanyakan anak-anak dari orang kantoran maupun wira usahawan saat ini memang merindukan saat-saat bercengkerama dengan orang tua mereka. Saat di mana mereka tidak merasa "disingkirkan" dan diserahkan kepada baby sitter, pembantu atau sopir. Mereka tidak butuh uang yang lebih banyak. Mereka ingin lebih dari itu. Mereka ingin merasakan sentuhan kasih sayang ayah dan ibunya.

Apakah hal ini berlebihan?
Sebagian besar wanita karier yang nampaknya menikmati emansipasi-nya, diam-diam menangis dalam hati ketika anak-anak mereka lebih dekat dengan baby sitter, supir dan pembantu ketimbang mereka, ibu kandungnya sendiri.
Seorang wanita muda yang menduduki posisi asisten manajer sebuah bank swasta, menangis pilu ketika menceritakan bagaimana anaknya yang sakit demam tinggi tidak mau di peluk olehya, tetapi berteriak-teriak memanggil nama pembantu mereka yang sedang mudik lebaran.

Kita berharap!!!
Semoga kita bisa menjadi orang tua yang baik (kelak)
yang mempunyai waktu cukup untuk keluarga.


Download catatan ini 

0 komentar:

Posting Komentar