Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Wirausaha
Selamat datang di Spiritz Motivasi. Silahkan lihat-lihat.. Jangan lupa tinggalin komentarnya, juga isi buku tamunya. okeee. Terima kasih

Join The Community

Fakta Buruk Tentang Indonesia

     Negeri ini hampir mempunyai segalanya.
            Luas lautannya terbesar di dunia, seluas 93.000 km2 dan panjang pantainya sekitar 81.000 km2 atau hamper 25% panjang pantai di dunia.
            Pulaunya terbanyak di dunia, ada 17.504 pulau (termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni). Tiga dari enam pulau terbesar di dunia, ada di sini.

            Kekayaan flora faunanya juga menakjubkan. Ada 300.000 jenis satwa liar (17% satwa di dunia). Ada 515 jenis mamalia hidup di sini (terbanyak di dunia), dan negeri ini menjadi habitat dari sekitar 1539 jenis burung. Sebanyak 45% jenis ikan di dunia, hidup di lautan negeri ini.
           
Terumbu karangnya (Coral Reef) adalah terkaya (18% dari total dunia). Biodiversity anggreknya terbesar di dunia, ada 6.000 jenis anggrek. Memiliki hutan bakau terbesar di dunia. Negeri ini juga memiliki spesies ikan hiu terbanyak di dunia yaitu 150 spesies. Primata terkecil di dunia, ular terpanjang di dunia, ikan terkecil di dunia, bunga terbesar di dunia, semua di temukan di sini. Bahkan satu-satunya binatang purba darat terbesar di dunia yang masih hidup ada di negeri ini.
            Kekayaan perkebunan dan kehutanannya juga mencengangkan. Negeri ini adalah pengekspor terbesar kayu lapis (plywood), yaitu sekitar 80% di pasar dunia. Produk cengkeh (cloves), pala (nutmeg), minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) menempati No.1 di dunia. Hasil karet alamnya No.2 di dunia, hasil cokelatnya No.3 di dunia.
            Sumber daya alamnya juga luar biasa. Negeri ini adalah penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia (20% dari suplai seluruh dunia), penghasil batu bara terbesar, juga produsen timah terbesar kedua.
            Dengan segala kekayaan ini, apakah penduduk negeri ini hidup sejahtera?

            Dengan segala kekayaannya, negeri ini merupakan salah satu negara yang sering masuk dalam peringkat rendah untuk kebaikannya dan peringkat tinggi untuk keburukannya.
            Negeri kaya tapi sebagian besar penduduknya tak makmur ini adalah Indonesia tercinta.
            Dengan berat hati saya harus mengungkap beberapa data menyakitkan, agar kita punya semangat untuk bangkit sebagai anak bangsa. Bangsa Indonesia.

Bagaimana perekonomian dan kesejahteraan kita?
            Pada pertengahan tahun 1960-an GNP perkapita Indonesia, Malaysia, Thailand, Taiwan, Korea Selatan dan China nyaris sama, yaitu kurang dari US$100 per kapita. Kini GNP perkapita Negara-negara yang dulu sama tersebut menjadi dua kali lipat, tiga kali lipat bahkan tujuh kali lipat lebih besar dari Indonesia.
            Bank dunia pernah mengungkap angka kemiskinan di Indonesia sebesar 49% atau lebih dari 100 juta jiwa (jika ambang batas kemiskinan-proverty threshold) diukur dari kegagalan pemenuhan hak-hak dasar (basic right) atau dengan skala pendapatan di bawah 1-2 dolar AS perhari. Sekalipun demikian, dengan standar berbeda, BPS menyatakan hanya 16,5% saja penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan atau sekitar 36,8 juta jiwa (2008).
            Data UNDP menyebutkan, Indeks Pembanguna Indonesia (Human Development Index=HDI), Indonesia berada di posisi 110, jauh tertinggal dibandingkan Singapura (25), Malaysia (63), Thailand (78) dan Vietnam (107). HDI rendah artinya: angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli rendah.
            Indonesia kini menjadi salah satu Negara dengan buruh migrant terbesar di dunia untuk pekerja rendahan. Sekitar 6juta TKI (70% wanita) bekerja di luar negeri. Sekalipun para TKI menghasilkan devisa tertinggi selain migas, Rp 82 triliun (pada tahun 2008), sayang penghargaan dan pembelaan terhadap mereka masih sangat rendah, baik perlakuan bangsa asing terhadap mereka atau perlakuan birokrasi yang nota bene bangsa sendiri terhadap mereka.
            Mata uang Indonesia juga termasuk salah satu mata uang terendah nilainya di dunia. Rupiah sedikit diatas mata uang Dong Vietnam, Sao Tome (Afrika) dan Zimbabwe yang baru devaluasi habis-habisan.
            Warta ekonomi 12 Juli 2009 juga mengungkap, negeri yang kaya hasil tambang ini menjadi Negara penghutang terbesar berdasarkan PBD. Setidaknya setiap tahun, 30% APBD kita diambil untuk membayar bunga hutang. Jumlah yang lebih besar dari anggaran pendidikan dan kesehatan.
            Lebih buruk lagi, dari satu sumber dikatakan bahwa, salah satu hutang nasional kita berasal dari hutang jaman Hindia Belanda. Pada masa 1949, Soekarno Hatta menyetujui pembayaran hutang Hindia Belanda sebagai strategi agar kemerdekaan diakui. Tetapi pemerintahan dua serangkai tersebut tidak pernah membayarnya karena melanggar prinsip keadilan. Setelah Soekarno jatuh, pemerintah orde baru sepakat mencicil hutang Hindia Belanda selama 30 tahun sejak 1966. Artinya kita berhutang untuk membayar biaya perang pemerintah Hindia Belanda ketika melawan pahlawan dan pejuang nasional.

Bagaimana dengan pelaksanaan hukum?
            Pada tahun 2009 Indonesia disebut sebagai Negara dengan perekonomian paling korup di Asia. Indikasi tersebut berasal dari survey yang dilakukan oleh Lembaga Konsultasi Risiko Politik dan Ekonomi (PERC) yang dilansir oleh agen berita Perancis AFP.
            Dari skala 0 sampai 10, dimana indikasi bebas korupsi, Indonesia mendapatkan skor 8,32 (mendekati sempurna korupsi).
            Skor antara 4 dan 7 diindikasikan sebagai Negara dengan tingkat korupsi menengah. Negara-negara itu adalah Malaysia (6,7), Taiwan (6,47), China (6,16), Macau (5,84), Korea Selatan (4,64), dan Jepang (3,99). Singapura menjadi Negara Asia paling tidak korup dengan skor  1,07.

Bagaimana dengan lingkungan hidup?
            Indonesia ditempatkan di peringkat 102 dari 149 negara yang masuk dalam daftar peringkat Negara hijau dunia yang dilakukan Universitas Yale dan Universitas Columbia, Amerika Serikat (AS). Laporan berdasarkan indeks kinerja lingkungan (Environmental Perfomance Index/EPI). Artinya 101 negara lebih baik dari Indonesia.
            Hasil penelitian itu juga menempatkan Negara-negara Uni Eropa seperti Swiss, Swedia, dan Norwegia, berada di tiga besar teratas. Posisi Indonesia yang sangat rendah ini cukup mengagetkan, karena berada di bawah Sri Lanka yang ditempatkan pada urutan 50, dan juga Negara tetangga Malaysia yang justru ditempatkan pada peringkat 26 negara hijau dunia.
            Meskipun kaya akan flora dan fauna, namun Indonesia dikenal juga sebagai Negara yang memiliki daftar panjang tentang satwa liar yang terancam punah. Saat ini jumlah satwa liar Indonesia yang terancam punah adalah 147 jenis mamalia, 114 jenis burung, 28 jenis reptil, 92 jenis ikan dan 28 jenis invertebrata (IUCN,2003). Satwa-satwa tersebut benar-benar punah dari alam jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkannya.
            Perdagangan satwa liar menjadi ancaman serius bagi kelestarian satwa liar Indonesia. Lebih dari 95% satwa yang dijual di pasar adalah hasil tangkapan dari alam, bukan hasil penangkaran. Lebih dari 20% satwa yang dijual di pasar mati akibat pengangkutan yang tidak layak. Berbagai jenis satwa dilindungi dan terancam punah masih diperdagangkan secara bebas di Indonesia. Semakin langka satwa tersebut semakin mahal pula harganya.

Bagaimana dengan pengelolaan laut?
            Sekalipun Indonesia mempunyai wilayah laut terbesar di dunia, akan tetapi nelayan sering kekurangan bahan bakar untuk melaut. Karena penghasilan yang serba pas-pasan nelayan tak jarang menggunakan formalin untuk mengawetkan hasil tangkapannya, sekalipun itu sama saja meracuni bangsa sendiri. Biaya formalin jauh lebih murah dari pada es batu atau alat pendingin. Kita seperti kehabisan dana untuk mengoptimalkan kekayaan laut, padahal setiap tahun kekayaan laut dicuri pihak asing sampai senilai US$5 miliar (Rp 5 triliun).

Bagaimana dengan perkebunan?
            Kita adalah penghasil sawit terbesar akan tetapi harga sawit ditentukan oleh bursa komoditi di Belanda yang tidak punya kebun sawit. Setiap tahun perkebunan sawit Indonesia membusukkan jutaan pohon yang sudah tidak produktif, padahal jika kayunya dimanfaatkan bisa menjadi bisnis furniture senilai US$2-5 miliar (Rp 20-50 triliun) per tahun.
            Hasil coklat kita No. 3 di dunia tapi tidak ada yang kenal cokelat Indonesia. Swiss yang tidak banyak mempunyai kebun cokelat, justru dikenal sebagai produsen cokelat terlezat di dunia.
            Banyak kopi dihasilkan dari Indonesia, akan tetapi karena dianggap tidak meyakinkan, kopi kita harus dijual dengan label Made in Italy agar lebih mudah masuk pasaran Internasional.

Bagaimana dengan pertambangan?
            Indonesia boleh bangga menjadi pengekspor batu bara terbesar di dunia. Tetapi sebenarnya cadangan batu bara kita hanya dari 3,1% cadangan batu bara dunia. Begitu juga dengan gas alam, kita jadi pemasok utama, padahal cadangan gas alam kita hanya 1,6% gas alam dunia. Artinya Negara lain banyak yang punya batu bara dan gas, akan tetapi mereka tidak mau memproduksi dulu, mereka memilih membeli sehingga cadangan batu bara atau gas alam mereka aman.
            Di masa depan jika ada krisis energi mereka masih punya sumber energi dan kita mungkin sudah kehabisan. Sekarang saja cadangan minyak kita sudah mulai kehabisan dan kita mulai mengimpor bahan bakar dari luar. Kita harus lebih berhati-hati!

Bagaimana dengan kebudayaan?
            Negara yang mempunyai beragam budaya dan alam yang indah ini Cuma mampu menempati posisi 81 dari 133 negara di dunia soal daya saing pariwisata, demikian hasil survey World Economic Forum pada 2009. indeks daya saing kepariwisataan itu dinilai dari tiga hal yakni kerangka regulasi, infrastruktur dan bisnis, serta sumber daya manusia, budaya dan alam. Indonesia hanya unggul dari sisi kompetitivitas harga dalam industri pariwisata. Indonesia hanya menempati ranking diatas 50 untuk soal infrastruktur transportasi udara, infrastruktur transportasi darat, dan infrastruktur transportasi pariwisata.

Bagaimana dengan prestasi di bidang kesehatan?
            Sekalipun berbagai tumbuhan herbal alami subur di sini, Indonesia menempati peringkat sepuluh besar untuk berbagai penyakit.
            Indonesia menempati No.1 untuk kasus flu burung, peringkat ke-1 tingkat kebutaan di Asia dan masih menjadi nomor satu dalam peringkat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama sepuluh tahun berturut-turut. Indonesia menempati peringkat ketiga untuk penyakit TBC, hepatitis, lepra, dsb. Peringkat ke-4 untuk penyakit kusta, diabetes, dsb.
            Pada 2008 Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menetapkan Indonesia sebagai Negara pengguna rokok ketiga terbesar dunia. Lebih dari 60 juta penduduk Indonesia mengalami ketidakberdayaan akibat adiksi nikotin rokok. FA Moeloek, Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau mengatakan kematian akibat konsumsi rokok tercatat dari 400 ribu orang pertahun.
            “Indonesia menghabiskan Rp 180 triliun untuk biaya kesehatan akibat penyakit tembakau atau 5,1 kali lipat pendapatan Negara dari akibat cukai rokok,” katanya.
            The ASEAN Tobacco Control Report tahun 2007 meyatakan, jumlah perokok di ASEAN mencapai 124.691 juta orang. Dan Indonesia menyumbang perokok terbesar, yaitu 57.563 juta orang atau sekitar 46,16%.
            Saat ini, lebih dari 43 juta anak Indonesia serumah dengan perokok, dan terpapar asap tembakau. Padahal anak-anak yang terpapar tersebut bisa mengalami pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena bronchitis, dan infeksi saluran pernapasan, dan telinga, serta asma.

Bagaimana dengan teknologi?
            Indonesia boleh bangga dibilang sebagai bangsa yang mulai melek internet. Pemakai situs facebook di Indonesia termasuk terbesar di dunia dan pengguna Blackberry pun meningkat pesat.
            Tapi sayangnya Indonesia terus mengalami peningkatan sebagai pengakses situs porno internet. Surveyor internet, Pery Umar Farouk mengatakan, berdasarkan internet pornography statistic, Indonesia sempat menempati peringkat ketujuh dunia. Kondisi ini terus meningkat menjadi peringkat kelima pada 2007 dan menjadi yang ketiga pada 2009. Menteri infokom Tiffatul Sembiring bahkan sempat menyatakan bahwa Indonesia sudah masuk ke ranking 1 sebagai pengakses situs porno terbesar di dunia pada tahun 2010.

Bagaimana dengan pendidikan?
            Angka buta huruf  di Indonesia mencapai 13,2 juta jiwa, termasuk terbesar. Sekalipun ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan jumlah buta huruf saat awal kemerdekaan yang mencapai lebih dari 90% dari jumlah penduduk Indonesia saat itu.

Bagaimana dengan keamanan dan kenyamanan?
            Menurut Business Week sebuah majalah bisnis internasional yang kerap menjadi acuan para pebisnis, Indonesia berada di urutan ke-2 sebagai tempat paling buruk untuk ekspatriat bekerja di seluruh dunia dan ibukota Nigeria, Lagos, sebagai kota terburuk peringkat pertama di dunia. Dalam keterangannya, Jakarta mendapat keterangan peringkat “Very High Risk Location” dengan permasalahan-permasalahan besar: polusi, penyakit & sanitasi, fasilitas-fasilitas medis, kekerasan & pengekangan politis, lingkungan politis & social, kriminalitas.

Hikmah:
            Sangat jelas kekayaan dan modal sama sekali bukan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia, karena dalam keadaan sekarang pun Indonesia masih mempunyai segala yang dibutuhkan.
            Yang kini kita butuhkan adalah sebuah visi yang jelas, hokum yang adil dan tegas, peran serta dan keinginan perubahan yang merata di seluruh masyarakat.
            Kalau sulit berharap dari orang lain, maka kita bisa mulai dari diri sendiri.

Sumber : Buku No Excuse by Isa Alamsyah

Download file ini 

3 komentar:

benar-benar fakta yang menyedihkan. semoga kita sebagai generasi penerus mulai sadar dan memperbaiki sedikit demi sedikit

Semoga mulai detik ini, Indonesia bisa jadi negeri yg lebih maju dan makmur

Posting Komentar